Colca Canyon adalah ngarai yang begitu dalam dan terkurung gunung-gunung tinggi. Di ceruk ngarai ada warna hijau tak berbatas sejauh mata memandang. Berada tersembunyi, bagai titik kecil di tengah-tengah Andes, Colca Canyon adalah daerah yang hingga sekarang masih sangat terjaga.

Area Colca Canyon adalah area subur makmur dan menjadi lumbung logistik Peru. Alamnya masih alami, tumbuhan yang tumbuh di Colca Canyon adalah habitat asli. Itulah mengapa jika memasuki Colca Canyon ada pemeriksaan ketat bagi para pengunjung, memeriksa barang bawaannya agar menjamin tidak ada yang akan mencemari Colca Canyon.

Colca Canyon ini salah satu keajaiban alam Peru. Ngarai ini dikatakan yang paling dalam di dunia dan membentang dari pegunungan sampai tepi Samudera Pasifik. Jika dilihat, gurat-gurat alam Colca Canyon sangat megah, arsitektur alam yang membentuk lereng berlapis-lapis juga sungai yang berkelok kelit.

Bangsa Inca membangun banyak infrastruktur untuk membangun sistem pertanian di tempat ini. Mulai dari membangun lumbung, menggurat lereng menjadi terasering batu-batu hingga membangun sistem transmigrasi.

Di ngarai yang agraris ini saya masuk dari Chivay. Kota ini adalah kota terbesar di region Colca Canyon, segala macam fasilitas ada di sini, rumah sakit, gimnasium, pasar, terminal. Jika dipadankan dengan Indonesia, Chivay adalah daerah tingkat 2, seperti Kota atau Kabupaten.

Dari Chivay lah jalur dari dan menuju Colca Canyon bermula dan berakhir. Baru dari Chivay orang-orang akan menyusuri daerah yang berbeda-beda di seluruh penjuru Colca Canyon.

Di era Inca, Chivay adalah pusat pertanian. Di sinilah Inca mendapatkan sumber makanan untuk seluruh kerajaan. Itulah kenapa sejauh mata memandang adalah ladang-ladang quinoa nan hijau, juga gandum dan jagung.

Di Colca Canyon yang agraris mayoritas penduduknya adalah petani. Itulah kenapa di siang hari, Chivay sepi benar. Para lelaki pergi dengan gagah ke ladang-ladang mereka yang berada di lereng lembah dan para perempuan mengikuti langkah para lelaki di belakangnya.

Di Chivay, kotanya tradisional sekali. Rumah-rumah dibangun dengan pondasi tanah dan dinding batuan berlumur lumpur sebagai luarnya. Jalanan pun tidak diaspal, masih jalan tanah yang kering, jika ada angin debu tipisnya akan menguar.

Cuaca di Colca Canyon dingin dan berangin. Dengan kombinasi ini pantas saja menu makannya ekstra besar, dua kali lipat porsi di kota-kota lain di Peru. Ketika menu makan siang datang, saya langsung terkaget-kaget dengan menunya yang super jumbo, pun lauknya yang serba daging. Logis sih memang, di daerah dingin butuh asupan yang banyak untuk menumpuk lemak.

Karena merupakan salah satu destinasi populer, Colca Canyon memiliki banyak penginapan. Mulai yang murah seperti hostal hingga resort berbintang ada semua di Colca Canyon. Saya sendiri menginap di Aranwa Colca Canyon yang berlokasi sekitar empat puluh menit dari Chivay.

Aranwa adalah kompleks penginapan yang dibangun di antara persawahan. Lokasinya terletak di tepi sungai dan jauh dari mana-mana. Kompleks resort berbintang terisolir dan memang beginilah konsepnya, supaya para tamu menikmati kesunyian alam.

Besok paginya saya menuju Cruz de Condor. Sebuah titik yang menjadi tempat condor bermukim. Burung yang menjadi burung suci Inca ini setiap jam sembilan pagi terbang melayang-layang di sekitar lembah.

Kawasan ini dilindungi benar. Pengunjung dilarang memberi apapun atau mengganggu habitat Condor. Banyak jawagana yang bertugas dan memastikan pengunjung tidak berbuat sesuatu yang mengganggu burung condor.

Jam sembilan tepat, burung condor terbang dengan anggun. Dari lereng ke lereng, sayapnya membentang lebar dan terbang menyusuri garis angin. Gagah sekali, pantas orang-orang Inca menganggap burung condor adalah binatang suci perantara langit. Dengan sayapnya yang membentang sangat lebar, burung condor membuat pengunjung Cruz de Condor terpana dengan keanggunannya.

Tengah hari saya selesai menikmati burung condor yang begitu anggun menari di angkasa. Saya melanjutkan perjalanan menuju tempat lain, petualangan di Peru masih panjang.

Tabik.

 

 

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here