Saya selalu percaya bahwa pengembangan kota yang baik pasti tidak meninggalkan kampung-kampung tradisional. Kampung adalah sistem residensial asli Indonesia dan membuat komunitas khas di dalamnya, komunal, akrab dan hangat. Seperti di Makassar, banyak kampung di tengah kota. Biasanya tidak disebut kampung tapi disebut lorong, karena kampung-kampung ini berbentuk memanjang menjalar hingga pusat kampung, katakan juga lorong sebagai padanan gang.

Salah satu kampung yang kini cukup menarik perhatian di Makassar adalah Rapoccini. Aslinya Rappocini adalah sebuah kecamatan, sebuah area yang cukup besar di tengah kota. Ada 10 kelurahan di kecamatan ini dan pusat dari kecamatan ini adalah kelurahan bernama sama, Rapoccini.

Jalan Rappocini Raya menjadi jalan utama di Rappocini dan lewat jalan inilah saya bisa menuju kampung di dalam Rappocini. Akses paling mudah adalah melalui Lorong 3 atau Lorong 5 yang gerbang lorongnya ada di tepi Jalan Rappocini Raya.

Begitu masuk ke lorong Rappocini ternyata suasananya sungguh teduh, banyak pepohonan tinggi di dalam lorong, ini membuat suasana di kampung sejuk, tidak seperti jalanan Makassar yang panasnya sungguh kering. Lorong Rappocini ternyata tidak sempit seperti bayangan saya, awalnya saya kira lorongnya gelap dan sempit mirip kampung-kampung di Jakarta, lorong Rappocini ternyata lebar dan bisa muat satu mobil, masih cukup lega untuk disebut lorong.

Di kanan kiri lorong nuansanya cerah ceria. Tembok-tembok lorong berwarna-warni, ada yang kuning, ada yang merah, ada yang pink. Semua warna campur baur dan tentu menambah semarak kampung, tanpa warna-warni tentunya kampung ini akan monoton dan tidak seceria ini nuansanya.

Warna-warni Lorong Rappocini tidak muncul begitu saja. Inisiatifnya ada sejak 2016 sejak Astra masuk ke kampung ini dan menginisiasi Rappocini sebagai bagian Kampung Berseri Astra. Mengubah sebuah kampung tidak bisa serta merta, harus perlahan-lahan. Astra turut berperan dalam transformasi Rappocini.

Dulu ada idiom bahwa Rappocini adalah daerah keras di Makassar. Beberapa menganggap Rappocini daerah menyeramkan, banyak tindakan kriminalitas dan sebagainya. Idiom itulah yang ingin diubah, Kampung Berseri Astra ingin mengubah anggapan negatif tentang lorong-lorong Rappocini menjadi sesuatu yang positif.

Astra kemudian melalui program CSR-nya melakukan banyak hal untuk Rappocini. Salah satu hal pertama yang diubah adalah kebiasaan warga untuk mengelola sampah. Ini berkaitan dengan gaya hidup sehat di Rappocini. Masyarakat awalnya sering membuang sampah di mana saja, di sudut-sudut kampung, di sungai, di lahan kosong. Mengingat hal tersebut bisa menimbulkan bibit penyakit, program Kampung Bersama Astra kemudian menginisiasi Bank Sampah di Rappocini.

Masyarakat pelan-pelan mau berubah. Mulanya nasabah Bank Sampah sedikit lalu bertambah semakin banyak dan kini sudah menjangkau ratusan nasabah. Astra juga membangun bangunan Bank Sampah dengan titik drop point sampai pengolahan serta turut mendidik para pengelolanya. Kini Rappocini bisa dibilang mulai bersih dan rapi, sampah dikelola dengan baik dan lingkungan menjadi lebih sehat.

Astra juga memberikan edukasi kesehatan melalui para penyuluh kesehatan lingkungan. Secara rutin ada edukasi dan pembelajaran baru bagi para penyuluh ini yang nantinya oleh para penyuluh akan disebarluaskan kepada warga secara rutin. Seiring waktu berjalan, kesehatan lingkungan di Rappocini pun meningkat seiring dengan kebersihan dan bebasnya sampah juga meningkatnya kesadaran warga.

Di sisi pendidikan, Astra mendorong dibangunnya playgroup untuk anak-anak Rappocini. Ada bangunan kelas bermain di sudut lorong dengan fasilitasnya yang dikembangkan oleh Astra. Anak-anak Rappocini bebas bermain dan belajar di tempat ini, pengelolaannya dilakukan oleh warga Rappocini.

Satu lagi yang dilakukan adalah pengembangan UMKM di Rappocini. Ternyata warga Rappocini sebelumnya memiliki banyak usaha kecil namun belum tergarap maksimal baik dari sisi produksi maupun pemasaran.

Pendampingan Kampung Berseri Astra kemudian berfokus pada dua hal tersebut, warga dibina dengan memperbaiki proses produksi, dibantu membranding dengan packaging yang baik, juga diberikan cara-cara pemasaran yang lebih efektif. Atas pendampingan tersebut, beberapa UMKM di Rappocini kemudian melakukan pemasaran dan mengalami peningkatan omzet.

Setelah semua dilaksanakan, pembangunan fisik Rappocini kemudian dilakukan. Beberapa sarana prasarana diperbaiki, serta dilakukan pengecatan di rumah-rumah hingga menjadi warna-warni.

Hal ini dilakukan dengan mengadaptasi kampung warna yang sebelumnya marak di berbagai daerah. Warna-warninya Rappocini diharapkan bisa menjadi daya tarik wisata baru di Makassar, sehingga orang-orang yang sebelumnya jeri dengan Rappocini bisa datang dan mengunjungi Rappocini.

Setahun berselang setelah Rappocini masuk dalam Kampung Berseri Astra yang menjadi rangkaian program Satu Indonesia, Astra kemudian mengadakan acara di pusat kampung. Acara berupa pentas musik, pengobatan gratis, dan pameran produk UMKM ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa proses transformasi di Rappocini berhasil. Dalam acara yang turut dihadiri Walikota dan Wakil Walikota Makassar ini, warga turut bergembira bersama, lorong Rappocini kini bisa menjadi lebih indah.

Rappocini adalah bukti bagaimana transformasi sebuah daerah bisa berjalan dua arah dengan dukungan korporasi dan kemauan warga. Hal ini menunjukkan bahwa untuk sebuah hal positif tidak ada yang tidak mungkin, asalkan konsisten dan seluruh komponen warga turut serta.

Tabik.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

10 KOMENTAR

  1. Ngeliat kampung warna warni gini, pgn rasanya daerah kumuh di pinggiran rawasari ato belakang itc cempaka mas yg aku lewatin tiap hari dibikin begini. Enak dilihat, rapi bersih. Tp aku ragu, kalo mental penduduknya sendiri msh sering buang sampah ke sungai ato parit besar di belakang rumahnya, sama aja boong yaa. Dibikin cantik, tp ga dirawat. 🙁 . Tiap lewat daerah belakang itc itu, miris aku mas. Kapan bisa cantik dan bersih..

  2. Konsep kayak gini jadi mirip Ihwa Mural Village di Seoul kan ya, mas? Aku sebagai warga kota Makassar sih dukung aja. Mudah2an kesadaran masyarakat akan keindahan dan kebersihan makin tinggi.

  3. Pingin kampung saya yang di Gang bisa dibuat menyerupai kampung warna begini. Hanya untuk memulainya memang tidak mudah, karena melibatkan banyak warga dan elemen.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here