Oleh-oleh?

disclaimer : mungkin setelah ini anda menganggap saya sombong, idealis, atau apalah..itu terserah pembaca…saya hanya menulis apa yang saya rasakan saja. kalau mau diskusi silahkan…

hari ini saya meluangkan waktu belanja oleh-oleh, tidak banyak dan hanya beberapa untuk kolega dan orang-orang terdekat saja. tapi bicara soal oleh-oleh itu, saya selalu ada pertanyaan yang menggelitik “apakah oleh-oleh itu wajib?”. jawabannya bisa relatif, tapi kalau ditanya orang seperti saya, ya saya jawab tidak.

saya sekarang cenderung apatis jika ditanya soal oleh-oleh, masalahnya adalah hampir setiap minggu bepergian dan hampir setiap minggu ditodong oleh-oleh. saat pergi dilepas dengan kata-kata “jangan lupa oleh-olehnya ya” dan pas pulang sudah disambut dengan “mana oleh-olehnya?”.

lama-lama saya cenderung diam saja, kadang saya merasa capek ditanya oleh-oleh. masalahnya adalah intensitas saya pergi itu rutin sekali dan bahkan kalau ada orang lain pergi, saya juga ga pernah minta oleh-oleh. kadang saya merasa tidak adil kalau saya yang dimintai oleh-oleh terus dan saya tidak dapat oleh-oleh.

tapi…

saya memang jarang sekali minta oleh-oleh pada orang yang bepergian. saya biasanya cuma titip doa dan cerita serta foto-foto perjalanannya saja sudah merupakan oleh-oleh. saya cuma bisa bilang, kasihan. orang mau bepergian, liburan, senang-senang kog malah dibebani dengan urusan titip menitip atau berburu oleh-oleh.

ya kalo yang jalan-jalan itu Bakrie atau familynya Bakrie, silahkan kalau minta oleh-oleh sebanyak-banyaknya, pesawat bisa beli, bagasi mau 2 ton juga pasti dibayar. tapi kalau yang bepergian itu seseorang yang bermodel paket hemat, maka oleh-oleh bisa jadi adalah momok. mulai dari anggaran biaya, ongkos bagasi, ongkos kirim ke tempat penitip oleh-oleh kalo jauh, etc. mungkin si peminta oleh-oleh senang dapat oleh-oleh..tapi seyogyanya dia juga harus berpikir bahwa mencari oleh-oleh itu repot.

kenapa saya jarang meminta oleh-oleh? karena sungkan, karena saya tahu beratnya melakukan perjalanan dan saya tahu bebannya, spare biaya dan sebagainya. tapi apakah saya tidak membeli oleh-oleh? tentu saya membeli, untuk keluarga, sahabat, teman-teman terdekat dan beberapa kolega.

tapi orang Indonesia itu orang yang susah bilang tidak. hmm. susah memang. tapi sekali lagi, saya sekarang cuma bisa bilang, seseorang yang melancong itu ingin senang-senang, jangan dipersusah. yang jalan-jalan itu walaupun dia keliatan senang-senang, dia menderita lho. menderita pas nabung, menderita pas pulang trip kehabisan duit, menderita di tempat tujuan. berikanlah space waktu untuk senang-senang tanpa harus menanggung beban.

kecuali memang anda sudah dijanjikan, sudah nitip, sudah deal, dan semacamnya maka silahkan tagih oleh-olehnya. lha kadang saya bingung banget, jujur dan di dalam hati langsung ada suara-suara jahat “lha situ siapanya saya? ga pernah nyapa kog tiba-tiba nongol minta oleh-oleh..”

tabik.