
Lasem, walaupun di masa lalu pernah menjadi kota besar dan penuh gegap gempita. Sekarang perannya terreduksi tak lebih hanya sebuah kota kecamatan kecil di Jalur Pantura Jawa Tengah. Di tengah riuh lalu lalang bis yang melaju kesetanan atau truk-truk besar enam roda yang berjalan perlahan, Lasem terjebak dalam memori puluhan tahun lalu, seolak tak bergerak melaju mengikuti garis waktu.
Saya bicara soal bangunan-bangunan tua yang utuh tegak berdiri, seolah angkuh bercerita tentang kejayaan Lasem di masa lalu yang mungkin sudah hilang sekarang. Tapi kita tidak bisa tidak mencintai Lasem, tanpa perlu bertanya apapun, kita bisa melihat torehan maestro pada setiap detail bangunan yang melampaui zaman di masanya, pada setiap goresan dinding dan ukiran kayu yang membelalakkan mata.
Mari kita menikmati Lasem dari sisi lain, dari sisi orang-orang tua yang sudah berdekade tumbuh di Lasem, dari obrolan para bapak di warung kopi dan dari anak-anak yang belajar tentang akulturasi dari kehidupan sehari-hari. Sebagai kota yang telah ada dan tumbuh sejak ratusan tahun lalu, Lasem adalah laboratorium sejarah yang akan tetap lestari.
Tabik.










Foto-foto njenengan berbicara, Mas 🙂
matur nuwun mbak nita. 🙂
Lasem, masih saja membuat saya merinding dan mbrambang.. :’)
🙂
Dibuat hitam putih lebih keluar nyawa Lasemnya Chan. Great!
thanks mas.. memang untuk menonjolkan nuansa jadulnya..
hitam putih nya mantap mas ya. Biar nampak tempoe doeloe nya 😀
iya mas, mencoba utak-atik agar lebih tampak dramatis.
keren mas, saya jadi malu sebagai orang lasem. mungkin kalau ke lasem lagi bisa ditambah tentang pondok pesantren karena disana juga ada pondok pesantren cikal bakal pondok pesantren krapyak di jogja meskipun sekarang santri-nya sepi.
oh iya mas..kemaren sempat berkunjung ke Ponpesnya, yang di dekat masjid kan ya? iya sepi sekali mas, hanya ada beberapa santri yang terlihat.
Alasan kita jatuh cinta pada Lasem terangkum dengan sangat baik pada 3 paragraf diatas, kota kecil yang sekilas terlihat biasa namun memiliki daya tarik yang luar biasa.
betul mas.. jatuh cinta pada pandangan pertama. 🙂
salah ketik, maksude mbak..haha. sori ya mbak yan. :3
aaaaa aku dipanggil mas 😀 *betulin kerudung*
Menyusuri Lasem itu seperti menyusuri lorong waktu ya can…penuh kejutan 🙂 …Mantap! 🙂
betul e mbak..menyentuh kalbu.
Oh ini menarik sekali, Lasem. Dari cerita orang lain, Lasem terdengar menjemukan. Setelah lihat foto-foto ini jelas beda sekali dengan yang aku dengar dan baca. Bagus sekali, Bang.
iya, sebenarnya daya tarik utama Lasem adalah pada kisah sejarahnya. bagi saya itu merupakan harta karun dari Lasem.
terima kasih sudah mampir mas. 🙂
hai mas, fotonya apik2.. 🙂
mau nanya ya : alamat rumah batik bu Sutra di jalan apa mas..?
makasih.. 🙂
waitu..saya lupa nyatat nama jalannya..haha. 🙂
tapi lumayan terkenal kog. 🙂
waw. nice kang mase. Lasem tak kenal pertama kali batiknya. Akhirnya belajar secuplik sejarahnya. Ulasan sampeyan menggenapi kegumanku sama Lasem. berasa terhisap ke masa lampau. 🙂
makasih mbak sudah mampir kesini. 🙂
memang begitu masuk Lasem seperti masuk ke lorong waktu. 🙂
Tanpa banyak penjelasan tapi foto hitam putihnya berbicara banget… Top banget 🙂
makasih brur halim..
cuma biar menampilkan efek nostalgia saja. 🙂
Foto BW nya juara mas, flow ceritanya juga enak banget dibaca, recommended blog ni, btw salam kenal, keep inspiring…
terima kasih mas yugo.
sebuah kehormatan bagi saya. 🙂
salam kenal. 🙂
mantap mas gambar@ nya..memang kota lasem menyimpan segala kenangan dan sejarah
terima kasih mas.. 🙂
Saya bertahun-tahun ber-KTP Lasem tapi malah baru setelah jauh merantau saya menyadari bahwa Lasem itu mutiara yang tersembunyi 🙁
Reportase & gambar2 njenengan apik mas. Salam.
salam mas..semoga saya bisa berkesampatan lagi kembali ke Lasem. ada banyak pesona yang tak bisa ditinggalkan begitu saja di sana. 🙂
salam kenal juga mas. 🙂
Saya sangat menyukai foto2 hitam putih yang menjadikan artikel ini “hidup” 🙂
terima kasih mas rifqy. 🙂