IMG_9970

Menyeruak di antara tanaman cemara laut di tepi laut selatan berdiri gagah sebuah mercusuar. Tinggi, tegak dan menjadi suluh bagi pelaut yang sedang menyusuri pinggiran laut selatan. Saya menatap dari kejauhan, hati saya berdegup sangat kencang, ada rasa penasaran untuk mendaki sampai puncak mercusuar yang bernama Mercusuar Pantai Pandansari.

Sejatinya saya adalah orang yang takut ketinggian, Acrophobia. Setiap di tempat tinggi selalu mendadak gemetar, rasanya tertarik ke bawah, keringat dingin dan mulai berpikir yang tidak-tidak. Itulah kenapa ketika melihat lamat-lamat mercusuar dari kejauhan hati saya bergejolak, berkutat antara rasa takut atau menaklukkan puncak mercusuar.

Tapi ketakutan tak boleh dibiarkan, pilihannya adalah menaklukkan atau yang kedua tetap tunduk dalam ketakutan. Tentunya saya memilih yang pertama, mengenyahkan kumpulan rasa takut dan menyongsong ketinggian. Lantas dengan mantap melaju menuju mercusuar.

IMG_9934

Saya sampai di Kompleks Mercusuar Pantai Pandansari, suasana sepi sekali dan begitu hening. Hanya desau angin dan debur pantai. Tampaknya mercusuar inipun kesepian, tegak dalam kesendirian. Tidak tampak satu orangpun penjaga mercusuar.

Sejatinya mercusuar ini adalah pandu bagi pelaut-pelaut yang lepas sauh di pantai selatan dan menjadi tanggung jawab dari Kementerian Perhubungan. Di sekitar kompleks menara ada beberapa rumah yang saya duga adalah rumah penjaga mercusuar. Ternyata benar, ada seorang bapak penjaga mercusuar yang berhasil saya temui dan saya lekas meminta izin untuk memasuki mercusuar.

Tak ada admisi untuk masuk, bapak penjaga hanya berbisik “Untuk kebersihan saja dik.”

Maka segera saya masuk ke pintu mercusuar yang berada di lantai terdasar. Pintunya besar, sedikit berderit ketika saya melintas masuk. Bagian dalam mercusuar ini dikepung debu, beberapa temboknya rompal dan catnya mengelupas, sebagian lain dari temboknya menjadi objek tangan-tangan usil yang mencorat-coret insignia nama mereka, atau bukti keeksisan diri mereka pernah di sini.

Saya mendongakkan kepala pelan-pelan. Menghitung berapa tangga melingkar yang akan saya daki satu demi satu sampai ke puncak mercusuar. Saat saya masuk mercusuar, suasana habis hujan, lantai mercusuar licin, begitupun tangganya.

Penjaga mercusuar tadi memang sempat berpesan. “Hati-hati dik licin pas naik, awas kepleset”

Angin samudera berhembus dari sela-sela jendela Mercusuar, dingin yang begitu menusuk. Kesalahan saya adalah tidak mengenakan alas kaki yang tepat. Saya hanya mengenakan sandal jepit. Dengan sandal jepit saya kesulitan mendaki tangga demi tangga yang begitu licin, selip.

Di tengah-tengah saya merasa sudah sangat lelah. Saya mengintip sebentar ke luar jendela Mercusuar Pandansari. Pemandangannya hijau sejauh mata memandang. Sementara di sisi lain jendela kontras, membentang semudera dengan ombak yang berkejaran dan pasir pantai yang lurus memanjang.

Garis pantai Pandansari memang terkenal hijau. Kisahnya dimulai di tahun 90-an ketika penduduk setempat memulai menanam Cemara Laut untuk menahan hempasan angin dari Samudera Hindia. Angin di sini memang cukup kencang, rupanya Cemara Laut yang ditanam ini menjadi rimbun dan semakin banyak, sekarang justru menjadi objek wisata yang menarik di sisi selatan.

Selain pohon cemara laut di sekitar pantai juga terkenal dengan perkebunan buah naga. Sejatinya buah ini tidak berasal dari Indonesia, tumbuhan sejenis kaktus ini berasal dari Amerika dan mulai dibudidayakan di Indonesia. Mungkin kenapa di pantai selatan Bantul cocok untuk budidaya buah naga adalah karakter tanahnya yang berpasir dan cukup kering.

Konon dari pertanian buah naga ini penduduk setempat sudah menuai hasilnya, baik dari hasil panenannya ataupun dari wisata. Banyak kebun buah naga yang dibuka untuk wisatawan dimana wisatawan bisa memetik buah langsung dari kebunnya.

IMG_9940

Rasanya semakin ke atas kaki ini semakin berat, saya bergulat dengan 3 hal. Sandal yang licin, keringat yang mulai deras dan rasa lelah yang mulai mendera betis. Semakin menapak satu anak tangga rasanya napas semakin berat. Semakin ke atas, semakin kacau hati saya, semakin rumit pikiran saya, berpikir yang tidak-tidak, ketakutan mulai menjalar mili demi mili di tiap aliran, pada setiap detak jantung.

Hanya berjalan ke puncak saja saya merasa ketakutan semakin membebat. Saya menjadi ragu-ragu, bayangan-bayangan buruk muncul menyergap. Saya hampir menyerah dan memutuskan turun ke bawah ketika di tengah-tengah. Hati saya sudah bimbang, otak sudah dipenuhi khayalan-khayalanΒ  buruk yang akan terjadi.

Mendaki mercusuar layaknya dalam hidup, selalu ada ketakutan-ketakutan yang akan terus menghantui. Ketakutan akan masa depan, ketakutan akan ketidakberhasilan dan ketakutan-ketakutan lain yang menggelayut. Tapi jika ketakutan tersebut tidak dilawan maka masa depan tidak akan tersibak. Seseorang hanya akan terjebak pada ketakutan tanpa tahu apa yang sebenarnya akan dihadapi di masa depan.

Maka saya memantapkan hati terus ke atas. Mendaki Mercusuar Pantai Pandansari sampai ke puncaknya. Mengenyahkan segala pikiran buruk dan semakin berhati-hati melangkah ke atas. Mencoba menyeimbangkan diri ai atas kaki yang licin dan juga menepis kekhawatiran kala berjalan di tangga yang karatan dan berderit lirih saat dipanjat.

Satu tangga sebelum puncak berakhirlah tangga melingkar. Tinggal satu tangga tegak lurus yang langsung terhubung dengan generator dan lampu suar. Hanya ada satu lubang kecil untuk satu tubuh. Tangganya lebih berkarat dan lebih licin. Saya sempat ragu-ragu, mengukur diri apakah sanggup atau tidak. Tujuan hanya tinggal satu tangga, ibarat perjalanan, tinggal sepelemparan batu menuju akhir perjalanan.

Maka saya segera merayapi satu demi satu tangga yang tinggal sedikit. Tangga yang mengular nan licin berkarat saya tapaki satu persatu. Ketakutan memang menumpuk dan saya biarkan saja. Saya harus terus ke atas, saya tak boleh kalah dengan rasa takut, saya harus mencapai puncak.

Tangga melingkar sudah habis dan berganti tangga tegak lurus. Buat saya tangga ini lebih sulit didaki, lebih licin, lebih berkarat dan lebih melelahkan. Saya mencoba mengukur diri, di ujung tangga tampak lubang dan lampu suar. Puncak sebentar lagi diraih, maka saya menahan napas sejenak, menenangkan diri, menyingkirkan rasa takut yang menggelayut dan menggugah keberanian.

Satu langkah ke atas menuju puncak, dua langkah menuju puncak.

Tangan saya gemetar, betis saya kaku. Tiga langkah menuju puncak, saya kuatkan diri dan akhirnya saya ke puncak. Berdiri tegak mendekap lampu suar. Saya tiba jua di puncak Mercusuar Pantai Pandansari. Rasa takut yang menggelayut perlahan-lahan luruh, diganti gemuruh rasa gembira dan luapan rasa lain yang entah apa itu namanya.

Saya segera keluar, dari tempat lampu suar ada lubang kecil, cukup untuk satu orang dengan merunduk untuk menuju ke bagian luar puncak mercusuar. Dan saya segera terterpa angin samudera dan sejauh mata memandang adalah pemandangan yang luar biasa.

Tuhan Maha Luar Biasa.

IMG_9967

Di luar menara pemandangannya begitu platonik. Saya bisa memandang laut selatan yang bergulung-gulung hebat. Benarlah apa kata orang ombak Laut Selatan memiliki kekuatan yang dahsyat. Dentumannya bergemuruh dan menggetarkan. Sayang langit sedang mendung, menuju murung sehingga pemandangan agak muram.

Bagian luar puncak menara sedikit berbahaya, hanya berupa pelat bordes dengan rangka pengaman yang begitu ringkih, sebagian bahkan sudah patah. Karatnya sudah menjalar, bagaikan virus yang cepat menyebar. Saya mencoba memegang rangkanya dan langsung bergoyang-goyang, hati saya mencelos. Duh, bagaimana jika saya terperosok jatuh dari ketinggian 40 meter ini?

Saya tidak bisa membayangkan, ngeri.

Memilih mengelilingi menara, saya memandang 360 derajat panorama dari puncak Mercusuar Pantai Pandansari. Tampak gugus pegunungan menoreh yang menyambung dari sisi barat Purworejo, Wates, melewati jajaran pantai selatan. Kemudian melepas pandang ke samudera, mendongak ke atas, langit bergulung-gulung abu-abu mendung pekat.

Angin bertiup makin kencang, pelat bordes di puncak menara berderak-derak. Ketakutan-ketakutan terakumulasi menjadi keberanian. Seorang penakut ketinggian bisa mencapai puncak dan itu sebuah perjuangan melawan ketakutan. Entah apa jadinya jika saya menyerah pada ketakutan, saya mungkin tak akan melihat pemandangan semenakjubkan ini.

Saya telah menaklukkan satu ketakutan, semesta tampaknya turut merayakan dengan arakan awan yang beriring kencang dan angin samudera yang kencang menerpa wajah. Saya bahagia, saya telah sampai puncak, saya telah menaklukkan ketakutan, menaklukkan diri sendiri.

Tabik

IMG_9972

?

IMG_9968
PS :

1. Bawalah sepatu yang tidak licin ketika mendaki karena tangganya begitu licin dan mudah selip.

2. Berhati-hatilah karena di puncak menara sangat rawan.

3. Panduan menuju Pantai Pandansari lewat Pantai Goa Cemara di Google Maps.

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

24 KOMENTAR

  1. aku blm prnh naik ke mercusuar… tp pgn bgtttt… gara2nya 1, wkt kecil dulu, tiap baca buku lima sekawan , kdg2 ceritanya sering banget di mercusuar ;p jd suka ngebayangin, komplotan bajak laut yg srg ngasih isyarat2 misterius hahahahahaha…

  2. Wahh baru tahu nih ada mercusuar di pantai selatan Yogya. Menarik! Mesti ke sana nih hehe. Mercusuarnya peninggalan Belanda atau bikinan Indonesia?

    • Selamat Pagi Mas Halim. πŸ™‚
      Sepertinya Mas Halim harus ke sana, deket kalau dari Solo. Mercusuar-nya sepertinya dibangun tahun 1970-an. jadi sepertinya buatan Indonesia.

  3. Wuah, selama ini ke bantul paling cuma ke parangtritis sama kampung batik hehehe. Saya sendiri baca ini dan membayangkan berdiri di dalam mercusuar aja ngeri. Berarti prinsipnya jangan membayangkan yang enggak-enggak πŸ˜€

  4. Ih gw paling suka naik mercusuar, di Pulau Lengkuas – Belitung tuh pemandangannya ciamik banget, terus mercusuar di Carita juga bagus, antik kuno, jaman thn 2000 sih msh boleh masuk, ngga tau kalo sekarang. Jadi pengen bikin postingan khusus manjat mercusuar deh

  5. akses kesininya gimana,mas?aku malah baru tahu ada mercusuar disana.ngeliat ada kata purworejo jadi kesentak.lho kok yg orang purworejo malah ga tahu kalo tetangganya punya mercusuar.heheheh bantul banyak potensi wisatanya

  6. Rumahku cuma deket mercusuar itu. Tapi aku juga jarang naik mercusuar itu. Sesudah baca blog ini,besok pagi aku mau ke sana ah. Mau naik menara suar.hehe. makasih mas.. πŸ˜‰

  7. Pengalamannya sama … sy jg takut u naik mercusuarnya..tapi bgitu sampai ke atas…
    Ahhhh rasanya….trbayar sdh sgala rasa takut itu..
    Waktu itu sy skeluarga .. tak d minta uang kebersihan..mungkin penjaganya sdh paham, krn suami saya asli patehan Bantul…☺

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here