DSCF5049

Tempik sorak membahana di satu-satunya lintasan kuda terbesar di Bima. Hari itu hari Minggu, hari perayaan, hari saat kuda-kuda tercepat di Bima tampil perkasa, menjadi nomor satu, menjadi kuda paling terkenal di Bima.

Pacuan yang telah turun temurun adalah kebanggaan. Pacoa Jara Bima bukan pacuan kuda biasa, ini tentang tradisi, ini tentang bagaimana kebanggaan dipertandingkan dalam gelanggang.

Masyarakat hiruk-pikuk di arena Pacoa Jara, masing-masing punya jagoannya sendiri. Kuda-kuda Bima yang terkenal sejak era Majapahit sebagai kuda-kuda terunggul di Nusantara sudah bersiap di lintasan pacu. Begitu aba-aba menyalak, begitu pula kuda-kuda akan melesat mengalahkan angin.

DSCF5023

Di sudut kecil arena, bocah-bocah mungil masih bermain-main dengan pecut yang tingginya melebihi tinggi tubuh mereka. Mereka yang akan bersama-sama kuda pacu menembus angin, beradu cepat ke garis akhir. Bocah-bocah yang sedang menunggu giliran untuk menjadi tercepat di lintasan.

Berbeda dengan pacuan kuda kelas dunia dengan joki profesional dan terlatih, Pacoa Jara Bima menggunakan joki anak-anak. Biasanya mulai umur 3 tahun, anak-anak Bima sudah akan dididik menjadi joki dan usia emas joki anak-anak Pacoa Jara adalah antara umur 6-7 tahun. Maksimal joki berusia 10 tahun, di atas 10 tahun sudah mutlak tidak boleh menjadi joki.

DSCF5026

“Anak saya 2 tahun sekarang, sejak lahir sudah dikenalkan dengan kuda, tahun depan sudah mulai berlatih menjadi joki” terang salah seorang Bapak yang membawa anaknya yang membawa anaknya ke arena.

Bagi orang Bima, kuda adalah sebuah kebanggaan. Dalam sebuah manuskrip, Bima telah menjadi penghasil kuda-kuda terbaik di Nusantara sejak era Majapahit. Kuda-kuda Bima terkenal memiliki daya tahan yang bagus dan larinya kencang. Itulah mengapa di era Majapahit, kuda-kuda Bima menjadi tulang punggung Pasukan Kavaleri Majapahit.

Itulah mengapa, sejak kecil anak-anak Bima sudah akrab dengan kuda, binatang kebanggaan Bima. Bapak-bapak akan menggendong anaknya sembari menunggang Kuda. Tak heran, di Bima yang kental kultur pacuan kudanya, anak-anak sudah terbiasa bercengerama dengan Kuda sejak mereka kecil.

DSCF5254

Ayo-ayo-ayo!!”

Keriuhan membahana ketika tanda start menyalak. Kuda-kuda berlarian dari garis start menuju lintasan. Debu mengepul di antara kerumunan kuda yang berlari kesetanan. Di punggung kuda, bocah-bocah kecil memeluk erat kuda. Tanpa pelana, hanya bermodal pecut, mereka duduk merunduk meminta kuda berlari semakin kencang.

Semakin ringan berat badan Joki, semakin menguntungkan. Sebab itulah anak-anak dipilih dan dilatih. Pemilihan anak-anak sebagai joki ternyata menyesuaikan karakteristik Kuda Bima. Walaupun dikenal kuda yang kuat dan tegap, kuda bima termasuk kuda berpostur kecil.

DSCF5248

DSCF5285

Pacoa Jara bisa berlangsung setiap minggu atau setiap hari perayaan. Ini adalah gengsi besar dan tentunya semua pemilik kuda menginginkan joki yang terbaik. Bocah-bocah ini akan semakin dikenal jika semakin banyak memenangkan pacuan. Pemilik kuda berani membayar mahal untuk joki juara.

Soal keberanian, bisa jadi joki Pacoa Jara adalah penunggang kuda paling berani di dunia. Dengan satu tangan kecilnya yang memeluk leher kuda dan kendali, sementara tangan lainnya memegang pecut untuk mengendalikan kuda. Tanpa pelana tentunya akan susah duduk di punggung kuda, kekuatan otot paha dan kaki joki akan diandalkan untuk mencengkeram tubuh kuda.

Jika joki-joki ini tidak terlatih pastilah, tubuhnya terguncang dan akan terlempar dari tubuh kuda yang berlari kencang.

DSCF5164

Dengan perlengkapan minim, bocah-bocah ini beradu cepat. Tak terbayangkan apabila terjatuh atau terinjak tubuh kuda misalnya. Saya tidak bisa membayangkan apa jadinya. Pasalnya alat keselamatannya sedikit sekali, hanya helm kulit tipis. Pakaian joki pun hanya setelan kaos dan celana, tanpa sepatu.

Seharusnya tradisi ini pun diperbaiki dengan memberikan baju joki yang lebih menjamin keselamatan mereka, bukan hanya bermodal keberanian semata. Bagaimanapun juga joki-joki ini adalah bocah-bocah dengan semangat yang menyala, yang mengenyahkan rasa takut dan masih memiliki masa depan yang terbentang di depan.

DSCF5176

DSCF5137

DSCF5139

Saya kembali menatap ke lintasan, di sudut lain bocah-bocah ini tak peduli dengan keriuhan yang menyelimuti arena. Mereka bermain dengan sesama joki, berlarian di pinggir lintasan, saling mengejek satu sama lain. Tak ada aroma kompetisi sesama joki di luar lintasan, dunia mereka adalah dunia anak-anak. Di lintasan-lah anak-anak ini beradu, berkompetisi tapi di luar itu mereka masihlah anak-anak yang polos dengan dunianya sendiri.

Garis start kembali riuh – rendah, kuda-kuda sudah garang di garis start, joki-joki mulai memeluk kuda pacu mereka masing-masing, matanya menatap lintasan, merunduk dan bersiap melesat. Penonton mulai termakan euforia. Jantung-jantung berdebar kencang, nafas mulai memburu dan seolah waktu tiba-tiba berjalan sangat lambat.

Semua berdebar menunggu aba-aba start dan tiba-tiba

“Blaaar”

Kuda melesat secepat membawa tangan-tangan kecil menembus angin.

Tabik.

DSCF5051

DSCF5174

DSCF5053

DSCF5042

Follow Efenerr on WordPress.com

Warning: A non-numeric value encountered in /www/wwwroot/efenerr.com/www/wp-content/themes/Newspaper/includes/wp_booster/td_block.php on line 997

16 KOMENTAR

  1. Dari kecil mereka sudah mengenal kudanya, hobi menunggang kuda, dan difasilitasi seperti ini. Anak-anak kecil yang masa kecilnya tentu menyenangkan 🙂

  2. Mas Efenerr ada kontak anak-anak yang pemberani di atas kuda itukah? Ada kawan-kawan saya dari Jerman tertarik nih mau ketemu dan bercakap2 dengan mereka. Terima kasih. Yeni (E-mail : yenarta@yahoo.fr)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here